BIMBINGAN DAN KONSELING
BIMBINGAN :
Proses bantuan mengembangkan diri sesuai potensi agar dapat
menyesuaikan diri secara optimal
KONSELING:
Proses belajar menyelesaikan masalah pribadi, agar dapat
lebih bahagia dan produktif
Tujuan dan Fungsi:
Mengapa perlu Bimbingan dan Konseling ?
• Manusia tidak lepas dari masalah
• Manusia ingin mengatasi masalah
• Tidak semua insan mampu mengatasi masalah, ada yang perlu bantuan
• Bila masalah tidak terselesaikan, akan berpengaruh negatif
(Problem belajar IPK menurun)
Jadi Tujuan B & K
• Membantu individu mengenal dirinya, potensi-potensinya, untuk
mengambil langkah-langkah bijaksana
• Membantu individu untuk melihat masalahnya, sehingga dapat
mengambil langkah yang tepat dalam mengatasinya
• Membantu individu untuk mampu memecahkan masalahnya sendiri,
agar dapat menyesuaikan diri dengan baik
Fungsinya:
• Bantuan bersifat prefentif
- Mencegah jangan timbul masalah
- Memberi informasi
• Bantuan bersifat korektif/remedial
- Membantu menyelesaikan masalah
- Bila sudah timbul problem
• Bantuan bersifat preservatif
- Menjaga keadaan yang telah baik, jangan sampai menjadi tidak baik (memelihara)
BIMBINGAN
• Merupakan suatu proses yang berkesinambungan
• Untuk membantu individu yang memerlukannya
• Dalam upaya mengembangkan diri secara optimal
• Sesuai dengan potensi, bakat, dan minat yang dimilikinya
• Agar dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan hidupnya
• Yang dilakukan oleh orang yang memeiliki kualifikasi sebagai ahli
di bidang bimbingan
KONSELING
• Merupakan suatu proses belajar
• Yang pada umumnya dilakukan dalam situasi sosial yang sederhana,
yaitu dalam hubungan antara dua orang
• Dilakukan oleh seorang konselor yang kompeten secara profesional
di bidang ilmu perilaku khususnya psikologi
• Dalam upaya membantu klien
• Menggunakan metode yang sesuai dengan kebutuhan klien
• Dalam rangka program bimbingan pendidikan
Secara keseluruhan agar klien:
• mengenal dirinya lebih dalam
• belajar menerapkan pemahaman tersebut secara efektif
• dalam kaitannya dengan pencapaian tujuan-tujuan yang telah
diprediksi secara cermat dan ditetapkan secara realistis
Fungsinya:
• Nasihat
• Pemberian jaminan
• Komunikasi
• Meredakan ketegangan emosi
• Berpikir jernih
• Reorganisasi, agar terjadi perubahan dalam tujuan-tujuan dan
nilai-nilai hidupnya, sehingga dengan demikian, klien akan menjadi
anggota masyarakat yang lebih bahagia dan lebih produktif
KONSELING dapat dilaksanakan oleh seseorang yang
• Profesional (ahlinya)
• Tidak profesional (mereka yang tidak dilatih)
TIPE-TIPE KONSELING
• Directive counseling DC
• Non directive counseling NDC
• Participative counseling PC
KONSELOR
DC
PENGAMBILAN PC
KEPUTUSAN
NDC
KLIEN
a. Directive Counseling
Directive counseling merupakan proses mendengarkan masalah klien. Kemudian menentukan apa yang harus dilakukan klien (ada tugas yang diberikan kepada klien). Contoh: apabila ditemukan bahwa klien ternyata lebih aktif dengan kegiatan non-akademis, maka konselor menyarankan untuk lebih banyak studi dan mengurangi/ meniadakan kegiatan non-akademis.
b. Non-Directive Counseling
Non-directive counseling berada diujung yang berlawanan dari directive counseling. Disini konselor mendengarkan permasalahan klien, kemudian berusaha untuk merefleksikan/ mencerminkan kembali apa yang dikatakan oleh klien sehingga konselor disini bertugas sebagai cermin dan klien dapat melihat permasalahannya sendiri/ kembali melalui cermin ini. yang diharapkan disini adalah timbulnya ‘insight’ atau lebih tepat emotional insight sehingga dengan cara demikian diharapkan klien dapat menemukan jalan keluarnya sendiri.
Pernah pula terjadi bahwa selama konselor mendengarkan dengan seksama apa yang dikemukakan klien, klien secara tiba-tiba menemukan jalan keluarnya melalui emotional insight tanpa konselor mengatakan sesuatu bahkan tidak tahu persis permasalahan klien yang sebenarnya. Hal ini membuktikan juga bahwa kadang-kadang manusia memerlukan seseorang pendengar yang baik saja.
Dari segi tanggung jawab, maka pada:
Directive counseling, tanggung jawab untuk sebagian besar berada pada pihak konselor. Hal ini adalah berat mengingat resikonya.
Non-directive counseling, tanggung jawab untuk sebagian besar berada pada pihak klien sendiri, karena ia sendirilah yang telah menentukan jalan keluarnya.
Dari segi efektivitas, maka untuk:
Directive counseling, dapat efektif untuk permasalahan yang betul-betul jelas dengan kriteria-kriteria yang jelas pula. Misalnya untuk cara studi yang benar.
Non-directive counseling lebih efektif untuk permasalahan yang tidak jelas latar belakangnya dalam pengertian ada sesuatu yang tersembunyi dibalik permasalahan itu.
Dari segi posisi, maka pada :
Directive counseling, konselor berada diatas klien. Ia (konselor) menekankan, memerintah, menyuruh.
Non-directive counseling, klien berada setara dengan posisi konselor. Lebih bersikap mengerti, memahami, berempathy.
Dari segi tingkat kesulitan, pada:
Directive counseling, konselor perlu menguasai bidangnya dengan benar-benar, agar dapat menjaga jangan sampai terjadi salah kaprah. Selain itu ada baiknya pula bila konselor menguasai beberapa teknik treatment lain seperti hipnotis, sugesti, konditioning dan sebagainya karena mungkin saja dibutuhkan dalam langkah-langkah selanjutnya.
Non-directive counseling, konselor selain menjadi pendengar yang baik, ia perlu pula mengahlihan diri dalam verbalisasi. Ia perlu jeli terhadap proses apa yang terjadi dalam diri klien dan berupaya menterjemahkannya dalam bentuk lain sehingga mengklasifikasi permasalahan bagi diri klien.
ETIKA BIMBINGAN & KONSELING
ETIKA :
Standar yang ditetapkan kelompok untuk mengatur tingkah laku para
anggotanya, yaitu berupa tingkah laku yang patut dan tidak patut dalam melaksanakan tugasnya sebagai seorang konselor.
KODE ETIK BIMBINGAN & KONSELING
• Menjamin kerahasiaan klien/klien (kepercayaan)
• Mengenali dan menyadari keterbatasan diri
• Tidak bertanya tentang hal yang sekecil-kecilnya yang tidak relevan
dengan permasalahan klien
• Perlakukan klien/klien seperti keinginan anda diperlakukan
oleh orang lain
KEWENANGAN
1. Melakukan usaha-usaha untuk mencegah terjadinya gangguan terhadap kelancaran belajar mahasiswa
2. Melacak gangguan-gangguan belajar yang dialami mahasiswa di lingkungan perguruan tinggi yang berkaitan dengan
• perencanaan studi
• proses belajar
• penyesuaian diri dan kontak sosial
• situasi-situasi hidup yang menekan
3. Memberikan bantuan kepada mahasiswa dalam menghadapi kesukaran-kesukaran yang menghambat belajar mahasiswa
4. Meneruskan permasalahan yang bukan wewenangnya kepada ahli-ahli yang berkepentingan (misalnya: psikolog atau psikiater)
PERSYARATAN KONSELOR
Mempunyai panggilan akan tugas-tugas pemberian pelayanan kepada orang lain yang memiliki permasalahan yang sulit untuk dipecahkan. Mengingat bahwa pekerjaan seorang konselor adalah membantu menyelesaikan kesulitan-kesulitan tersebut, maka ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi oleh konselor, yaitu:
• Kemampuan untuk mendengarkan secara sungguh-sungguh kesulitan seseorang
• Kemampuan untuk mengadakan empati, yaitu kemampuan konselor untuk dapat menghayati apa yang dirasakan oleh kliennya, untuk dapat menyelemai pikiran, perasaan, cita-cita kliennya. Kemampuan empati ini hendaknya jangan menjadi sikap ‘terbawa’ oleh klien, tetapi tetap dapat mempertahankan jarak antara klien dan konselor
• Kemampuan untuk mengadakan komunikasi verbal sesuai dengan keadaan klien. Konselor hendaknya dapat menyatakan diri secara jelas bagi kliennya, dengan menggunakan kata-kata, bahasa, yang dapat dimengerti oleh kliennya.
• Kemampuan untuk menunjukkan sikap yang ‘menerima’ dan sikap ‘tidak menilai sebelumnya’. Sikap ini perlu untuk membina suatu situasi percakapan, situasi wawancara yang saling mempercayai, menghargai agar dapat dikembangkan sikap yang positif dari klien terhadap klienor dan juga terhadap orang lain.
Sikap ‘menerima’ ialah sikap konselor yang menerima kliennya sebagai suatu individu yang unik, lain dari individu yang lain. Sikap ini bukan berarti bersimpati atau memihak, atau setuju dengan klien.
Sikap permisif adalah suatu suikap yang ‘tidak menilai’ yanag akan memberikan kepada klien kebebasan dan suasana untuk mengarahkan pembicaraannya, untuk mengutarakan, atau menyembunyikan perasaan-perasaannya.
• Merupakan seorang yang dapat bekerjasama dengan orang lain, seorang yang mau memberikan dan mencari keterangan-keterangan lain yang diperlukan demi kebaikan dari klien yang dibimbingnya, serta serasi dan sesuai dengan peranan sebagai konselor yang diberikan atau diharapkan dari lingkungan kerjanya.
Persyaratan lainnya:
• Cerdas, Segar, Perhatian, Mengerti orang lain, Humor, Toleran, Kesanggupan bergaul, Kerjasama, Dapat menerima rangsang dari luar, Memperhatikan perkembangan sosial, Dalam keadaan utuh/seimbang
• Rasa sayang terhadap kaum muda, Emosi yang stabil, Cakap, Berpandangan luas, Berpendapat yang baik, Berpikir sehat
Menurut Rachel D. Cox: Sederhana, jujur, berkepribadian, berfalsafah hidup yang baik, berpikiran sehat, sehat jasmani dan rokhani, emosi yang stabil, cakap, cakap bergaul, sayang terhadap kaum muda, mempunyai perhatian terhadap orang lain, mengenal adanya perbedaan individu yang satu dengan yang lainnya, mudah untuk menyesuaikan diri, selalu siap sedia menerima tugas, mengenal perkembangan keadaan budaya sosial, berpengetahuan luas, kepemimpinan, sadar atas keterbatasan diri, bersikap sebagai orang yang mempunyai profesi, rasa terpanggil terhadap tugas, mempunyai minat terhadap pekerjaan bimbingan dan konseling, mengenal keadaan kondisi ruang atau kelas, mengenal keadaan kondisi kerja, mengenal keadaan sosial ekonomi.
Persyaratan yang berkaitan dengan bekal pengetahuan yang diperlukan:
• Perkembangan kepribadian
- teori kepribadian
- perkembangan pola tingkah laku
- tingkah laku menyimpang
• Pengetahuan lingkungan sosial
- problem-problem sosial
- kelompok homogen dan heterogen
- lapangan kerja
- kesehatan, dan
- sosial ekonomi
• Teknik mengenal individu
- teknik wawancara
- angket atau kuesioner
- observasi
- sosiometri atau sosiogram
- studi kasus
- otobiografi
• Konseling
- teori dan konsep konseling individu, keleompok dan masyarakat
- prinsip-prinsip program aktivitas mahasiswa
- teknik konseling
• Orientasi dalam keahlian
- Kode etik
- Struktur organisasi
• Praktikum
- konseling
- memberikan supervisi atau memberikan nasihat
- hubungan dengan klien dan hubungan sosial dengan lembaga sosial
• Penelitian
- dapat menemukan ide-ide atau gagasan-gagasan baru dalam bidang bimbingan dan konseling
• Dalam perencanaan program tersebut perlu diprogramkan bimbingan yang bersifat preventif, korektif atau kuratif, maupun preservatif.
Preventif
a. Mengadakan papan bimbingan untuk berita-berita atau pedoman-pedoman yang perlu mendapat perhatian dari para mahasiswa
b. Mengadakan kotak masalah untuk menampung segala persoalan atau pertanyaan-pertanyaan yang diajukan secara tertulis, sehingga dengan demikian bila ada masalah dapat dengan segera diatasi
c. Menyelenggarakan kartu pribadi, sehingga dengan demikian dosen pembimbing ataupun staf edukatif yang lain dapat mengetahui data dari mahasiswa bila diperlukan.
d. Memberikan penjelasan-penjelasana atau ceramah-ceramah yang dianggap penting, misal cara belajar yang efisien
e. Mengadakan kelompok belajar
f. Mengadakan diskusi dengan mahasiswa secara berkelompok
g. Apabila memungkinkan mengadakan hubungan dengan oirang tua mahasiswa. a.l. menyampaikan hasil studi mahasiswa tiap semester
h. Menyelenggarakan penerbitan yang temanya mengenai hal ihwal yang behubungan dengan bimbingan dan konseling
Korektif:
Memberikan konseling kepada mahasiswa yang mengalami kesulitan-kesulitan, yang tidak dapat dipecahkan sendiri, yang membutuhkan pertolongan dari pihak lain.
a. Memanggil mahasiswa yang jelas memerlukan pertolongan, misalnya mahasiswa yang Indeks Prestasinya kurang dari 2.00, atau mahasiswa yang hanya mengikuti perkuliahan kurang dari 75%
b. Melayani para mahasiswa yang minta pertolongan
Preservatif:
Usaha untuk menjaga keadaan yang telah baik agar tetap baik dengan selalu menjaga hubungan agar tetap baik.
STRUKTUR BIMBINGAN KONSELING
1. Analisis
Mengumpulkan data keadaan klien, kalau perlu dari orang tuanya yang berhubungan dengan fakta dan evaluasi tentang penyesuaian dirinya.
2. Sintesis
Meringkas data yang telah terkumpul kemudian diklasifikasikan
3. Diagnosis
Mencari sebab-sebab dari penyesuaian klien
4. Prognosis
Meramalkan perkembangan dari penyesuaian dan konseling
5. Konseling
Proses bantuan yang diberikan kepada klien untuk memecahkan masalah yang ada
6. Follow up (tindak lanjut)
Penentuan ahir tentang hasil konseling.
Struktur ini secara sederhana sebagai berikut:
1. Pengumpulan data
2. Analisis data
3. Diagnosis
4. Treatment (memberikan perlakuan berupa konseling)
STRATEGI DASAR PEMBERIAN BANTUAN
Perlu diingat bahwa konseling terlibat dengan suatu minat membawa perubahan suka rela pada diri klien. Konselor menawarkan bantuannya guna mencapai perubahan-perubahan ini. atau membuat pilihan-pilihan yang sesuai. Klien dibantu sedemikian rupa sehingga dapat membuat suatu keputusan sendiri karena klien sendirilah yang bertanggung jawab atas pengambilan keputusannya itu, walaupun dengan bantuan konselor yang penuh pengertian.
Sebagai proses konseling yang profesional, maka strategi di sini perlu dirancang secara sistematis dan efisien dalam pelaksanannya.
Sistematif karena mengikuti alur yang kait mengait dan terarah pada tujuan melalui metoda atau cara tertentu yang daapt dipertanggungjawabkan.
Efisien dimaksudkan dalam segi tenaga, waktu dan sarana yang digunakan dalam proses tersebut.
Meskipun permasalahan dari setiap mahasiswa yang membutuhkan jasa konseling berbeda satu dengan lainnya, namun secara umum terdapat suatu alur yang mirip untuk hampir setiap proses konseling.
Tahapannya biasanya melalui kegiatan berikut ini:
Menentukan hari pertemuannya
Pre-counseling session guna mengeksplorasi masalah-masalah klien.
Mengembangkan relasi memberi bantuan.
Mempertimbangkan, mengindentifikasikan faktor-faktor yang berhubungan dengan usaha mencari pemecahan masalah, termasuk menentukan alternatif tujuan.
Pengembangan dan implementasi program ke arah pencapaian tujuan.
Evaluasi dari hasil-hasil yang telah dicapai.
Akhir dari relasi konseling.
Tindak lanjut (follow-up)
Yang juga perlu diperhatikan untuk menjalankan konseling ini adalah pengaturan tempat di mana proses konseling akan dilaksanakan. Adapun yang perlu menjadi perhatian disini adalah:
Usahakan agar ruangan bebas dari gangguan atau gangguannya minim sekali, agar baik konselor maupun klien dapat berbicara tenang dan dapat mengkonsentrasikan diri masing-masing.
Usahakan agar cahaya cukup serta ventilasi cukup segar.
Setting dari tempat duduk boleh frontal (saling berhadapan) akan tetapi lebih baik lagi bila tempat duduk diatur saling berdampingan dengan jarak tertentu, terutama untuk kelompok klien yang kurang tahan terhadap tetapan mata orang lain.
Usahakan agar ada privacy, sehingga klien tidak terhalang untuk mengemukakan permasalahannya. Misalnya dengan memasang tanda “dilarang mengganggu” di depan pintu masuk.
Seperti tadi telah dikatakan, proses konseling secara umum biasanya berlangsung melalui tahapan kegiatan seperti:
1. Menentukan hari pertemuannya.
Kegunaannya adalah agar klien dapat lebih siap menghadapi proses konseling, baik menyangkut persiapan diri, waktu /kesempatan. Informasi ringan dapat juga diberikan disini menyangkut lamanya waktu pertemuan ( 45’ – 60’) serta perkiraan berapa pertemuan yang diperlukan, serta biaya (bila ada) yang dibebankan pada klien. Perlu dipertimbangkan juga termasuk klien yang manakah yang dihadapi ini. apakah yang datang atas inisiatif sendiri atau karena disuruh oleh pihak tertentu. Kelompok pertama biasanya akan lebih terbuka mengemukakan permasalahannya dibandingkan dengan kelompok yang kedua. Hal ini tentu akan berpengaruh dalam kerja sama pada proses konseling.
2. Pre-Counseling Session.
Disini sudah dapat digali data personal dan informasi mengenai diri pribadi klien, meskipun belum terlalu dalam. Konselor mencoba menbangun suatu kontak untuk memperoleh ‘rapport’ dan suatu relasi konseling yang sehat. Hal yan juga dapat dilakukan konselor disini adalah memotivasi klien untuk mau mengungkapkan masalahnya secara terbuka guna mencapai hasil yang diharapkan, serta latar belakang kehidupan klien. Tanpa dirasakan konselor telah masuk pada tahap mengembangkan relasi memberi bantuan (ke-3).
3. Setelah data-data yang dibutuhkan terkumpul, maka konselor bersama klien berusaha mencari pemecahan masalah, termasuk menentukan alternatif tujuan.
4. Pada tahapan pengembangan dan implementasi program kearah pencapaian tujuan, klien diarahkan pada hal apa saja yang perlu ia kembangkan ataupun lakukan agar dapat mencapai tujuan.
Biasanya setelah tahapan ke-4 ini klien diberikan waktu untuk merealisasikan hal-hal yang telah dicapai/ disepakati dalam proses konseling itu. Kemudian sekaligus ditentukan suatu waktu tertentu dikemudian hari agar dapat dilaksanakan tahapan berikutnya yakni:
5. Evaluasi dari hasil-hasil yang telah dicapai
6. Bila sudah berhasil dilaksanakan akhir dari relasi konseling
7. Apabila diperkirakan perlu di-check kembali menyankut beberapa hal maka dilaksanakan tahapan tindak lanjut (follow-up).
Seandainya klien tidak berhasil dalam melaksanakan butir ke-4 yang terlihat pada butir 5, maka proses dikembalikan ke butir 3 atau 4, karena ada saja kemungkinan dimana suatu faktor baru akan muncul ke permukaan menyangkut permasalahan apa yang telah disepakati bersama konselor sehingga perlu adanya latihan.
TANGGUNG JAWAB TERHADAP KLIEN
Dalam kondisi bagaimana pun juga, sebagai dosen BK harus bertanggung jawab dalam melayani klien. Pelayanan yang diberikan kepada klien harus dilakukan secara sungguh-sungguh, sehingga secara maksimal adalah pertolongan yang paling baik yang dapat diberikan kepada klien.
4 TIPE AREA KONSELING DALAM PSIKOLOGI INDUSTRI
1. Konseling Penyesuaian (Adjustment Counseling)
Membantu pegawai mencapai kesehatan mental yang lebih baik. Konseling ini merupakan bentuk penyelesaian masalah emosional seperti perilaku neurotik. Berhubungan dengan orang-orang yang memiliki kesulitan emosional. Jenis konseling ini memiliki mayoritas terbesar dalam kehidupan industri dewasa ini, membutuhkan bantuan para profesional yang terlatih dalam jumlah besar.
Pegawai yang tidak memiliki keseimbangan emosional dapat mempengaruhi kualitas kerja, misalnya masalah absensi dan karakteristik personal pegawai. Masalah absensi telah dijadikan studi oleh Newton (1950) yang menyatakan bahwa pegawai dengan tingkat absensi yang tinggi merupakan pegawai dengan emosi yang kurang stabil, dan studi yang dilakukan Stewart dan Hinkle (1952) juga menyatakan bahwa kelompok dengan tingkat absen tinggi cenderung memiliki ketidakseimbangan emosional dan permasalahan-permasalahan lain yang didasari oleh permasalahan emosional.
Banyak studi yang telah dilakukan yang dikenal dengan accident-prone individuals. Studi ini adalah mengenai individu-individu yang cenderung mengalami kecelakaan dibanding dengan pegawai lain. Shannon dan Burgett (1960) menemukan bahwa pegawai pria yang sering mengalami kecelakaan adalah orang-orang yang mengalami pemotongan gaji lebih banyak dibandingkan dengan pegawai lain, sering mengambil cuti, lebih sering menerima teguran dan seringkali datang ke rumah sakit perusahaan. Pada tahun 1959, peneliti yang sama, menyatakan bahwa pegawai wanita yang sering mengajukan klaim asuransi lebih cenderung mengalami kecelakaan, lebih sering mengeluh, dan memiliki sejarah penyakit mental dibanding pegawai wanita lainnya. Dari semua data di atas dapat di tarik kesimpulan bahwa banyak pegawai yang mengalami emotional maladjustment dan hal ini sangat berpengaruh kepada kinerja mereka.
Schulzinger (1956) menyatakan bahwa ketidakseimbangan emosi pegawai adalah fenomena temporal. Oleh karena itu, masalah maladjustment ini lebih sering mempengaruhi tingkah laku yang ditampilkan oleh pegawai.
Konseling merupakan jalan terbaik untuk menyelesaikan permasalahan. Banyak pegawai yang memiliki masalah dengan keadaan emosinya tetapi dengan beberapa pertolongan mereka dapat menyelesaikan masalah tersebut, karena pada kasus seperti inilah adjustment konseling memainkan perannya. Pada beberapa kasus manfaatnya sangat sedikit, contohnya pada kasus pegawai yang gila atau mentalnya terganggu. Hal ini sangat berat untuk menyelesaikannya sehingga fungsi konselor pada kasus seperti ini adalah dengan menyarankan bantuan psikiater atau institusi tertentu.
Pendekatan yang harus digunakan konselor adalah pendekatan yang tidak langsung namun sebisa mungkin juga melakukan pendekatan langsung. Konselor harus dapat membuat pegawai yang bermasalah mengetahui sebab permasalahannya itu dan kemudian sedapat mungkin mengarahkan pegawai pada solusi yang terbaik. Individu yang bermasalah seperti ini cenderung tidak dapat mengatasi permasalahannya sendiri. Salah satu alternatif konseling dengan pendekatan tidak langsung adalah dalam melakukan terapi di alam bebas.
2. Konseling Eksekutif (Executive Counseling)
Konseling jenis ini diberikan kepada individu-individu yang berada dipucuk pimpinan suatu perusahaan. Mereka cenderung berada di bawah tekanan yang lebih besar dibandingkan dengan individu lain dalam organisasi. Orang-orang yang berada di top management ini memiliki permasalahan-permasalahan yang tidak dapat dibagi-bagi dengan orang lain di dalam organisasi. Maka muncul suatu premis bahwa “orang yang berada di atas itu sendirian“. Banyak penulis menyatakan bahwa top executive tidak memiliki seseorang untuk di ajak bicara. Seorang eksekutif terkadang tidak mendapatkan informasi-informasi yang perlu dia ketahui mengenai organisasi yang dia pimpin karena informasi yang sampai ke atas seringkali melalui berbagai filter sehingga informasinya tidak murni lagi dan di poles menjadi informasi yang enak didengar oleh eksekutif. Hal ini menyebabkan eksekutif hidup dalam suatu dunia impian, sehingga dalam hal ini konselor harus menjadi pendengar yang baik agar para eksekutif itu dapat bebas membicarakan hal-hal yang tidak biasa mereka bicarakan dengan orang-orang lain di perusahaan. Para eksekutif secara nyata kesulitan menghadapi para pemilik perusahaan dan membicarakan masalah persaingan, stress yang ia hadapi seorang diri dan ketidakbahagiaan menjadi yang mungkin meningkat dikarenakan taktik persaingan yang digunakan oleh perusahaan lain. Sebagai konselor tidak perlu memberikan saran tapi berikanlah dorongan-dorongan agar eksekutif tersebut dapat melihat permasalahannya dengan jelas dan mengambil tindakan yang kemungkinan bisa dia lakukan untuk menyelesainkan permasalahan.
Dalam jenis konseling seperti ini digunakan pendekatan tidak langsung. Pada beberapa perusahaan psikolog atau psikiater konselor memberikan saran-saran pada eksekutif secara langsung. Terkadang psikolog yang menangani kasus ini harus melaksanakan tugas yang kurang menyenangkan yaitu memecat seseorang pegawai dari perusahaan. Hal ini terjadi dikarenakan adanya asumsi bahwa psikolog itu lebih diplomatis dan bisa menjelaskan alasan mengapa perusahaan memecat dia secara lebih baik.
Konseling eksekutif ini merupakan area non penelitian karena secara kuantitas, konseling jenis ini jarang terjadi. Selain itu juga hasil koseling ini dapat memunculkan permasalahn-permasalahan dan informasi-informasi di mana perusahaan tidak ingin hal-hal tersebut sampai ke publik. Sesi-sesi dalam konseling ini bisa melepaskan emosi eksekutif secara ekstrim dan dia bisa meredakan ketegangan, stress dan kecemasan yang semula dia rasakan.
3. Konseling Bimbingan (Guidance Counseling)
Konseling ini biasa disebut juga dengan konseling vokasional atau konseling profesi. Konseling ini dilakukan untuk membantu individu mencari pekerjaan yang tepat dalam suatu perusahaan. Menempatkan seseorang secara tepat. Tujuan konseling ini untuk membantu orang-orang mengambil keputusan mengenai profesi apa yang baik dan tepat untuk mereka. Fungsi dari konseling ini untuk membantu orang-orang yang merasa bahwa mereka berada dalam pekerjaan yang salah agar dapat menemukan pekerjaan yang lebih mereka nikmati dan dapat mereka lakukan dengan baik. Konseling ini berhubungan dengan sekolah, universitas dan agen-agen rehabilitasi. Konseling ini juga biasa dilakukan oleh bagian personalia atau bagian dari perusahaan yang memiliki tanggung jawab dalam penyeleksian pegawai.
Barry dan Wolfe (1962) menyatakan bahwa tidak ada pilihan profesi intelektual yang tunggal, awal, bijaksana, dan orang yang mengalami pendewasaan berkembang dan meluaskan pengalamannya, maka ketertarikannya akan berubah dan keputusan profesi semula menjadi labil, bimbang dengan profesinya sekarang. Keputusan profesi/profesional merupakan aspek krusial dalam kehidupan individu, karena bagaimanapun setiap individu harus membuat pilihan pekerjaannya sendiri. Fungsi konselor di sini adalah menyediakan dan mendapatkan informasi untuk membantu individu dalam memilih profesi tersebut. Konselor sebaiknya menggunakan pendekatan yang langsung dan mengarahkan ke profesi mana individu tersebut dapat merasakan kecocokan. Dalam hal in psikolog menetukan ketertarikan profesi, aptitudes dan kemampuan seorang individu melalui teknik-teknik pengukuran manusia (man measurement).
4. Konseling Pensiun / Purnabakti (Retirement Counseling)
Klien konseling ini adalah individu yang sudah pensiun, biasanya berumur 60 tahun keatas. Konseling ini menyaipkan orang-orang yang akan mengalami perubahan dari bekerja menjadi mengisi waktu luang, membantu orang-orang dalam masalah finansialnya dan memberikan informasi mengenai tunjangan-tunjangan yang ada.
Alasan mengapa konseling untuk purnabakti diadakan, semata-mata untuk mempersiapkan pegawai yang lebih tua untuk memasuki masa pensiunnya. Gunakan pendekatan-pendekatan yang langsung dan pemberian-pemberian informasi dalam konseling jenis ini.
Biasanya dalam perusahaan-perusahaan tertentu wawancara bagi calon pensiunan ini dilakukan 5 tahun sebelum mereka pensiun. Selama 5 tahun itu mereka diberikan informasi mengenai tunjangan-tunjangan yang akan diberikan kepada mereka, menanggapi bagaimana reaksi mereka, pikiran atau anggapan mereka mengenai pelepasan masa jabatan mereka nanti. Dalam waktu 5 tahun dari mulai konseling diadakan sampai saat mereka pensiun makin banyak sesi dilakukan dan konselor membantu mereka untuk mengakhiri hubungan kerjanya dan bersiap-siap untuk waktu senggang. Konseling ini berhubungan dengan penyesuaian kembali klien secara emosional. Reaksi orang-orang yang takut pada masa pensiun adalah wajar. Studi mengatakan bahwa penyesuaian diri seseorang pada masa pensiunnya sangat mudah dilakukan terutama bagi mereka yang telah melakukan persiapan. Diharapkan konseling ini dapat membantu para pensiun menyesuaikan diri dengan penghentian kerja yang tiba-tiba, yang mungkin telah mereka lakukan selama 40 tahun atau lebih.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar